Teori Organisasi Umum 3

Pengertian Komunikasi
            Komunikasi adalah "suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang,kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
            Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

Unsur – Unsur Komunikasi
1.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwhXPRL8LYtvnEbIVO4HE02KBGuZZ9bicXPQKCDwxhLcguw08DnQ1OHk1xaAfUkZhoVqQ-YvNszNndAbFwy7-HMxWazf8VV73-mydmPU2hT0PflsQk40DzEDHtRenKtos7IJbIG4d_Ck54/s1600/teori+komunikasi+1.jpgSumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen

dan sejenisnya

2.      Komunikator
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

– Penampilan
   Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan   
   audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan  
   komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan,
   waktu dan tempat.
– Penguasaan masalah
   Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul
   menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan    
   menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu    
   sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
- Penguasaan bahasa
   Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang
   digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat
   membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.

3.      Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.

4.      Channel/ Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.

5.      Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
      Dari segi sasarannya, komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal,
      komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

6.      Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.

7.      Faktor- faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi
1) Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
      – pengumpulan fakta
      – Perencanaan
      – Komunikasi
      – Evaluasi
      2) Prosedur mencapai effect yang dikehendaki menurut Wilbur Schraam, yaitu:
            – Attention (perhatian)
            – Interest (Kepentingan)
            – Desire (Keinginan)
            – Decision (Keputusan)
            – Action (Tindakan)

Bagaimana Menyalurkan Ide Melalui Komunikasi
            Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
            Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
            Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Ide (gagasan) => Si Sender
2.      Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3.      Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4.      Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
5.      Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
6.      Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
            Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
            Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
            Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
            Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
Hambatan – Hambatan Komunikasi
            Komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan informasi antara satu orang dengan orang yang lain. Sebagai makhluk sosial manusia pasti melakukan komunikasi agar dapat berinteraksi satu dengan lainnya, oleh karena itu komunikasi saat erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial.

       I.            Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi,dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut:
a.       Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi,keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.

b.      Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.

Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:

1.      Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
             contoh: partisipasi menjadi partisisapi.
2.      Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannyasama.
             Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
3.      Adanya pengertian konotatif 
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.

Untuk menghindari miss-komunikasi(kesalah-pahaman) semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.

c. Hambatan Manusiawi

Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

 II. Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :

1)      Mendengar.
         Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yangada di
          sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasiyang menarik  
          bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2)      Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3)      Menilai sumber.
          Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang 
          memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4)      Persepsi yang berbeda.
          Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan    
          si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran,diantara
          pengirim dan penerima pesan.
5)      Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
       Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.Seseorang
          menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
          menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,setengah jam atau satu
          jam kemudian.
6)      Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
      Gerak - gerik kita ketika berkomunikasi contohnya seperti, tidak melihat kepada lawan          
          bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita    
          mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
7)      Pengaruh emosi.
          Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. Apapun berita
          atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.


8)      Gangguan.
        Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
          dan lain sebagainya.

Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya :
    a. Komunikasi Lisan
        Komunikasi lisan adalah komunikasi yang berlangsung secara lisan atau dengan berbicara.
        contoh : presentasi.
    b. Komunikasi Tertulis
        komunikasi tertulis adalah komunikasi melalui tulisan.
        contoh : e-mail.
    c. Komunikasi Verbal
        Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang dibicarakan atau diungkapkan.
        contoh : curhat
    d. Komunikasi Non Verbal
        Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak dibicarakan (tersirat).
        contoh : seseorang yang sedang gugup (gemetar)

2. Dari segi arahnya :
    a. Komunikasi Ke atas
        komunikasi dari bawahan ke atasan.
    b. Komunikasi Ke bawah
        komunikasi dari atasan ke bawahan.
    c. Komunikasi Horizontal
        komunikasi ke sesama manusia / setingkat.
    d. Komunikasi Satu Arah
        pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
    e. Komunikasi Dua Arah
        berbicara dengan adanya timbal balik atau saling berkomunikasi.

3. Menurut Lawannya :
    a. Komunikasi Satu Lawan Satu
        berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya.
        contoh : berbicara melalui telepon.
    b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
‏        berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.
        contoh : kelompok satpam menginterogasi maling.
    c. Kelompok Lawan Kelompok
        berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
        contoh : debat partai politik.

4.Menurut Keresmiannya :
    a. Komunikasi Formal
        Komunikasi formal merupakan komunikasi yang berlangsung resmi.
        contoh: rapat pemegang saham.
    b. Komunikasi Informal
        Komunikasi Informal merupakan komunikasi yang tidak resmi.
        contoh : berbicara dengan teman.

Faktor – Faktor Perubahan Organisasi
            Dalam organisasi pada hakekatnya itu terdapat beberapa faktor – faktor yang menyebabkan suatu perubahan dalam organisasi tersebut.Setiap perubahan yang terjadi dalam organisasi itu sangatlah berpengaruh besar terhadap perkembangan atau bahkan penurunan dari organisasi tersebut dikarenakan karena ada sesuatu sistem yang berubah dari organisasi tersebut dari sistem sebelumnya,itulah yang disebut sebagai perubahan dimana cara – cara atau sistem – sistem lama dalam organisasi itu berganti dengan cara – cara atau sistem – sistem baru dalam organisasi.Untuk lebih jelasnya dibawah ini saya akan jelaskan beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan dalam organisasi antara lain :
1.      Faktor ekstern
2.      Faktor intern.
·         Faktor Ekstern (Faktor di luar Organisasi)
     Faktor Ekstern adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
     Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
     Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.

·         Faktor Intern (Faktor di dalam Organisasi)
               Faktor intern adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
a.       Problem hubungan antar anggota,
b.      Problem dalam proses kerja sama,
c.       Problem keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
Proses Perubahan Organisasi
Dalam suatu proses perubahan organisasi ada beberapa langkah untuk memenuhi tujuan organisasi tersebut yaitu :
·         Mengadakan Pengkajian
      Maksudnya adalah dalam organisasi tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak       lanjutan kegiatan – kegiatan atau cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya          diadakan pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi tersebut agar organisasi tersebut itu        update dengan info- info yang dapat menunjang kemajuan dan tujuan dari organisasi      tersebut.

·         Mengadakan Identifikasi
      Maksudnya adalah melakukan penyelidikan atau pemeriksaan secara detail tentang      permasalahan – permasalahan apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya         mengadakan identifikasi       masalah kasus yang sedang terjadi dalam organisasi tersebut setiap        seminggu sekali,langkah       tersebut bertujuan agar dalam organisasi tersebut tahu bagaimana          menyelesaikan masalah apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut.

·         Menetapkan Perubahan
      Maksudnya adalah menetapkan suatu perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem             baru dalam organisasi tersebut,misalkan terjadi suatu perubahan sistem dalam organisasi            tersebut dari sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila dilihat dari kinerjanya        sistem baru tersebut memang bagus dan berkembang dari sistem yang lama,maka perubahan       sistem tersebut harus ditetapkan dan meninggalkan sistem yang lama.

·         Menentukan Strategi
      Maksudnya adalah sebelum melangkah dan memutuskan pilihan dalam suatu organisasi           tersebut,       harus ditentukan dulu matang – matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira        strategi apa yang dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.

·         Melakukan Evaluasi
      Maksudnya adalah melakukan suatu perubahan – perubahan sikap dalam organisasi     tersebut,misalnya kita cari dulu apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut lalu kita benarkan kesalahan – kesalahan tersebut dan         tidak akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi atau bisa dikatakan      melakukan sebuah perubahan atau perbaikan dalam organisasi tersebut,dengan sering            kita      mengevaluasi dalam organisasi tersebut, maka organisasi tersebut menjadi bersikap hati    – hati dan teliti dalam setiap bertindak melakukan sesuatu yang berdampak langsung       dalam        organisasi tersebut.

      Jadi pada intinya organisasi itu jangan cukup puas dengan apa yang sudah di dapat,terus mencari peluang – peluang apa saja yang kiranya dapat diminati oleh banyak orang dan dapat memajukan organisasi tersebut, menjalin komunikasi yang baik dan melakukan sebuah perubahan – perubahan besar yang dapat memajukan organisasi tersebut menjadi lebih baik dan juga merubah strategi – strategi lama dengan strategi – strategi baru yang dapat menunjang sebuah organisasi tersebut lebih berfikir kreatif dan berguna bagi organisasi – organisasi yang lain dan menciptakan sebuah inovasi baru dalam organisasi tersebut yang belum pernah ada sebelumnya,dengan begitu organisasi tersebut lama – kelamaan akan menjadi organisasi yang berkembang bahkan bisa maju.
Ciri – Ciri Pengembangan Organisasi
Ciri-ciri pengembangan organisasi, antara lain:

Ø  merupakan usaha yang dilakukan secara berencana.
Ø  mencerminkan suatu proses yang berlangsung terus-menerus.
Ø  berorientasi masalah organisasi yang harus dipecahkan.
Ø  merupakan usaha ke arah penyempurnaan organisasi.
Ø  merupakan tanggapan terhadap berbagai perubahan yang terjadi diluar organisasi,dan sebagainya.
Metode Pengembangan Organisasi

1. Metode Pengembangan Perilaku  
    Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode
    yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu.
a)      Jaringan Manajerial   
Jaringan Manajerial atau kisi manajerial (manajerial grid) adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan manajerial. 
b)      Latihan Kepekaan   
Latihan Kepekaan (sensitivity training) merupakan latihan dalam kelompok  
c)      Pembentukan Tim  
Pembentukan Tim (team building) merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim (team building).  
d)     Umpan Balik Survai  
Umpan Balik Survai (survay feedback) adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi. 

Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.

Pengertian
            Pengertian adalah suatu gagasan/ide yang bermakna, suatu pengertian baru tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengetahuan, setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda. Dan lebih cenderung berbentuk pemaknaan.
Sedangkan definisi, adalah kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas, yang memberi batasan terhadap rumusan atau konsep lain yang kemungkinan sama atau bisa menjadi mirip. Rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yg menjadi pokok pembicaraan atau studi dalam kalimat.

Tipe – Tipe Kepemimpinan

Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi tipe kepemimpinan berbagai macam.
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Teori – Teori Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
Sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam darir
individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
3. Teori personal situasional Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari
    rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya     
    serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak
berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan,
nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.


Credit :






Comments

Popular posts from this blog

Sinopsis Legenda Batu Gantung Parapat Danau Toba

PROPOSAL

Jenis - Jenis Profesi Di Bidang TIK Dan Deskripsi Kerja Profesi IT