Teori Organisasi Umum 3
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses dimana seseorang atau beberapa
orang,kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Unsur – Unsur Komunikasi
1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen
dan
sejenisnya
2. Komunikator
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
– Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan
audio visual, seorang komunikator harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata
krama dengan memperhatikan keadaan,
waktu dan tempat.
– Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul
– Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul
menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka
setelah proses komunikasi berlangsung akan
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu
sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
- Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang
digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat
membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu
sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
- Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang
digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat
membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.
3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
4. Channel/
Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.
5. Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
Dari segi sasarannya,
komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
6. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.
7. Faktor-
faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi
1) Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
– pengumpulan fakta
– Perencanaan
– Komunikasi
– Evaluasi
1) Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
– pengumpulan fakta
– Perencanaan
– Komunikasi
– Evaluasi
2) Prosedur mencapai
effect yang dikehendaki menurut Wilbur Schraam, yaitu:
– Attention (perhatian)
– Interest (Kepentingan)
– Desire (Keinginan)
– Decision (Keputusan)
– Action (Tindakan)
– Attention (perhatian)
– Interest (Kepentingan)
– Desire (Keinginan)
– Decision (Keputusan)
– Action (Tindakan)
Bagaimana Menyalurkan Ide Melalui
Komunikasi
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Ide (gagasan) => Si Sender
2.
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3.
Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4.
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
5.
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
6.
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam
kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi
organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan
organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam
kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang
setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat
dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
Hambatan – Hambatan Komunikasi
Komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan informasi
antara satu orang dengan orang yang lain. Sebagai makhluk sosial manusia pasti
melakukan komunikasi agar dapat berinteraksi satu dengan lainnya, oleh karena
itu komunikasi saat erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial.
I.
Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi,dapat
dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut:
a. Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan
yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan
pesan. Dari sisi teknologi,keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi,
akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi
dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat
diandalkan serta lebih efisien.
b. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam
proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Definisi semantik adalah
studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang
jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan semantik dibagi
menjadi 3, diantaranya:
1. Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi
partisisapi.
2. Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannyasama.
Contoh: bujang (Sunda: sudah;
Sumatera: anak laki-laki).
3. Adanya pengertian konotatif
Contoh:
secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat.
Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk menghindari miss-komunikasi(kesalah-pahaman)
semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai
dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan
kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.
c. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari
masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
II. Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1) Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa
yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yangada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasiyang menarik
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasiyang menarik
bagi kita, itulah yang ingin kita
dengar.
2) Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3) Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa
yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang
memberikan informasi tentang suatu
hal, kita cenderung mengabaikannya.
4) Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan
efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini
bahkan bisa menimbulkan pertengkaran,diantara
pengirim dan penerima pesan.
pengirim dan penerima pesan.
5) Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang
artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,setengah jam atau satu
jam kemudian.
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,setengah jam atau satu
jam kemudian.
6) Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak - gerik kita ketika
berkomunikasi contohnya seperti, tidak melihat kepada lawan
bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita
mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita
mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
7) Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang
akan kesulitan untuk menerima informasi. Apapun berita
atau informasi yang diberikan, tidak
akan diterima dan ditanggapinya.
8) Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara
yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
dan lain sebagainya.
dan lain sebagainya.
Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Di bawah ini ada beberapa klasifikasi
komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang berlangsung secara lisan atau dengan berbicara.
contoh : presentasi.
b. Komunikasi Tertulis
komunikasi tertulis adalah komunikasi melalui tulisan.
contoh : e-mail.
c. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang dibicarakan atau diungkapkan.
contoh : curhat
d. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak dibicarakan (tersirat).
contoh : seseorang yang sedang gugup (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan.
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan.
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat.
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik atau saling berkomunikasi.
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya.
contoh : berbicara melalui telepon.
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.
contoh : kelompok satpam menginterogasi maling.
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
contoh : debat partai politik.
4.Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal merupakan komunikasi yang berlangsung resmi.
contoh: rapat pemegang saham.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi Informal merupakan komunikasi yang tidak resmi.
contoh : berbicara dengan teman.
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang berlangsung secara lisan atau dengan berbicara.
contoh : presentasi.
b. Komunikasi Tertulis
komunikasi tertulis adalah komunikasi melalui tulisan.
contoh : e-mail.
c. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang dibicarakan atau diungkapkan.
contoh : curhat
d. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak dibicarakan (tersirat).
contoh : seseorang yang sedang gugup (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan.
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan.
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat.
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik atau saling berkomunikasi.
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya.
contoh : berbicara melalui telepon.
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.
contoh : kelompok satpam menginterogasi maling.
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
contoh : debat partai politik.
4.Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal merupakan komunikasi yang berlangsung resmi.
contoh: rapat pemegang saham.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi Informal merupakan komunikasi yang tidak resmi.
contoh : berbicara dengan teman.
Faktor – Faktor Perubahan Organisasi
Dalam
organisasi pada hakekatnya itu terdapat beberapa faktor – faktor yang
menyebabkan suatu perubahan dalam organisasi tersebut.Setiap perubahan yang
terjadi dalam organisasi itu sangatlah berpengaruh besar terhadap perkembangan
atau bahkan penurunan dari organisasi tersebut dikarenakan karena ada sesuatu
sistem yang berubah dari organisasi tersebut dari sistem sebelumnya,itulah yang
disebut sebagai perubahan dimana cara – cara atau sistem – sistem lama dalam
organisasi itu berganti dengan cara – cara atau sistem – sistem baru dalam
organisasi.Untuk lebih jelasnya dibawah ini saya akan jelaskan beberapa faktor
penyebab terjadinya perubahan dalam organisasi antara lain :
1. Faktor ekstern
2. Faktor intern.
·
Faktor Ekstern (Faktor di luar Organisasi)
Faktor Ekstern adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar,
atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu
organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari
lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan
menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan
pemerintah.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan
IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi
baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan.
Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi
tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
·
Faktor Intern (Faktor di dalam Organisasi)
Faktor
intern adalah penyebab
perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat
berasal dari berbagai sumber antara lain:
a.
Problem hubungan antar anggota,
b.
Problem dalam proses kerja sama,
c.
Problem keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan
hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi
dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga
kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul
dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak
efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi
impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya
produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan
menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi
output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan
berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh
hasil secara efisien.
Proses Perubahan Organisasi
Dalam suatu proses
perubahan organisasi ada beberapa langkah untuk memenuhi tujuan organisasi
tersebut yaitu :
·
Mengadakan
Pengkajian
Maksudnya
adalah dalam organisasi tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak
lanjutan kegiatan – kegiatan atau
cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya diadakan pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi
tersebut agar organisasi tersebut itu update dengan info- info yang dapat
menunjang kemajuan dan tujuan dari organisasi tersebut.
·
Mengadakan
Identifikasi
Maksudnya adalah melakukan penyelidikan
atau pemeriksaan secara detail tentang permasalahan
– permasalahan apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya mengadakan identifikasi masalah kasus yang sedang terjadi dalam
organisasi tersebut setiap seminggu
sekali,langkah tersebut bertujuan
agar dalam organisasi tersebut tahu bagaimana menyelesaikan
masalah apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut.
·
Menetapkan
Perubahan
Maksudnya adalah menetapkan suatu
perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem baru dalam organisasi tersebut,misalkan terjadi suatu
perubahan sistem dalam organisasi tersebut
dari sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila dilihat dari
kinerjanya sistem baru tersebut
memang bagus dan berkembang dari sistem yang lama,maka perubahan sistem tersebut harus ditetapkan dan
meninggalkan sistem yang lama.
·
Menentukan
Strategi
Maksudnya adalah sebelum melangkah dan
memutuskan pilihan dalam suatu organisasi tersebut,
harus ditentukan dulu matang –
matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira strategi apa yang dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.
·
Melakukan
Evaluasi
Maksudnya adalah melakukan suatu perubahan
– perubahan sikap dalam organisasi tersebut,misalnya
kita cari dulu apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut lalu kita
benarkan kesalahan – kesalahan tersebut dan tidak
akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi atau bisa dikatakan melakukan sebuah perubahan atau perbaikan
dalam organisasi tersebut,dengan sering kita
mengevaluasi dalam organisasi
tersebut, maka organisasi tersebut menjadi bersikap hati – hati dan teliti dalam setiap bertindak
melakukan sesuatu yang berdampak langsung dalam
organisasi tersebut.
Jadi pada intinya organisasi itu jangan
cukup puas dengan apa yang sudah di dapat,terus mencari peluang – peluang apa
saja yang kiranya dapat diminati oleh banyak orang dan dapat memajukan
organisasi tersebut, menjalin komunikasi yang baik dan melakukan sebuah
perubahan – perubahan besar yang dapat memajukan organisasi tersebut menjadi
lebih baik dan juga merubah strategi – strategi lama dengan strategi – strategi
baru yang dapat menunjang sebuah organisasi tersebut lebih berfikir kreatif dan
berguna bagi organisasi – organisasi yang lain dan menciptakan sebuah inovasi
baru dalam organisasi tersebut yang belum pernah ada sebelumnya,dengan begitu
organisasi tersebut lama – kelamaan akan menjadi organisasi yang berkembang
bahkan bisa maju.
Ciri – Ciri Pengembangan Organisasi
Ciri-ciri
pengembangan organisasi, antara lain:
Ø merupakan
usaha yang dilakukan secara berencana.
Ø mencerminkan
suatu proses yang berlangsung terus-menerus.
Ø berorientasi
masalah organisasi yang harus dipecahkan.
Ø merupakan
usaha ke arah penyempurnaan organisasi.
Ø merupakan
tanggapan terhadap berbagai perubahan yang terjadi diluar organisasi,dan
sebagainya.
Metode Pengembangan Organisasi
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan
metode
yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu.
yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu.
a)
Jaringan
Manajerial
Jaringan Manajerial atau kisi manajerial (manajerial grid)
adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan
manajerial.
b)
Latihan
Kepekaan
Latihan
Kepekaan (sensitivity training) merupakan latihan dalam kelompok
c)
Pembentukan
Tim
Pembentukan
Tim (team building) merupakan salah satu metode pengembangan organisasi
dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang
disebut pembentukan tim (team building).
d)
Umpan
Balik Survai
Umpan
Balik Survai (survay feedback) adalah suatu metode yang berusaha
mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi
data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan
lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
Metode
ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah
suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan
sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja,
latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di
tempat kerja tiruan.
Pengertian
Pengertian adalah suatu
gagasan/ide yang bermakna, suatu pengertian baru tentang suatu objek, produk
subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap
objek-objek atau benda-benda melalui pengetahuan, setelah melakukan persepsi
terhadap objek/benda. Dan lebih cenderung berbentuk pemaknaan.
Sedangkan
definisi, adalah kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna,
keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas, yang
memberi batasan terhadap rumusan atau konsep lain yang kemungkinan sama atau
bisa menjadi mirip. Rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yg
menjadi pokok pembicaraan atau studi dalam kalimat.
Tipe – Tipe Kepemimpinan
Menurut
beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi tipe kepemimpinan berbagai macam.
1. Tipe Kepemimpinan
Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2.
Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan
maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau
terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
3.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat
mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi
formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
4.
Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki
ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak
yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail
tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya
sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
6.
Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7.
Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern
dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan
kondisi yang tepat.
Teori – Teori Kepemimpinan
1. Teori
orang-orang terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
Sifat-sifat
dasar kepribadian dan karakter.
2.
Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan
dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan
tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak
terletak dalam darir
individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
3.
Teori personal situasional Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan
dari
rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya
serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya
serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4.
Teori interaksi harapan
Homan
(1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
berinteraksi.
5. Teori
humanistik
Likert
(1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan
dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan,
nilai-nilai
dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung.
6. Teori
pertukaran
Blau
(1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup
tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan
kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.
Credit :
- id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
- https://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-dan-unsur-unsur-komunikasi/
- https://elearning.gunadarma.ac.id/bab4-unsur_unsur_komunikasi.pdf
- idadwiw.wordpress.com/2011/12/19/bagaimana-menyalurkan-ide-melalui-komunikasi/
- www.academia.edu/5268443/Hambatan-hambatan_Dalam
- latansablog.wordpress.com/2011/11/24/hambatan-dan-klasifikasi-komunikasi/
- idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/faktor-faktor-perubahan-organisasi/
- kanissaputri.blogspot.com/2013/11/faktok-faktor-perubahan-organisasi.html
- file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/P%2012%20perubahan-pengembangan-organisasi.pdf
- http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4327/perubahan_organisasi/metode%20pengembangan%20organisasi.htm
- https://www.mushlihin.com/2012/06/other/pengertian-definisi-dan-pengertian-pengertian.php
- http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
- http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971091-MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/DEFINISI_DAN_TEORI_KEPEMIMPINANx.pdf
Comments
Post a Comment